Titipan Tuhan dari pahlawan devisa

Hampir semua wajah mereka mirip anak Timur Tengah. Berkulit putih, berhidung mancung, dan berperawakan tinggi besar. Ada sebelas anak keturunan Arab Saudi menghuni kamar di Rumah Penitipan Anak Tenaga Kerja Indonesia (RPATKI) Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tak jelas siapa ayah mereka.

Mereka datang dari berbagai belahan dunia. Tidak hanya Saudi, lelaki bejat negara lain juga meninggalkan jejak haram dalam rahim pembantu asal Indonesia. Di antaranya Oman, Iran, Uni Emirat Arab, dan Bangladesh, Pakistan. Sebelas anak itu terlahir dari hasil hubungan gelap dan korban pemerkosaan. Mereka ditinggal dan dititipkan begitu saja tanpa dikunjungi.

Sebelas anak itu terdiri dari delapan laki-laki dan tiga perempuan. Nama mereka kami samarkan. Pertama KL, tiga tahun, dilahirkan cacat lantaran ibunya kerap menenggak obat keras semasa hamil. Berikutnya ada AL (dua tahun), FS (dua tahun), AR (lima bulan), AG (dua tahun), R ( setahun), N (setahun), dan FA (setahun delapan bulan).

Sedangkan tiga bayi perempuan, yaitu NR (sebelas bulan), SA (sembilan bulan), dan F (tujuh bulan). "Kebanyakan ibunya mengaku diperkosa," kata Kepala Perawat RPATKI Nina saat berbincang dengan merdeka.com Sabtu pekan kemarin. Dia menambahkan kebanyakan ibu mereka meninggalkan begitu saja anaknya di RPATKI tanpa dikunjungi. Kadang mereka hanya menelepon menanyakan kabar anaknya.

RPATKI mendiami tanah di Jalan Letnan Dua Nasir, Cikeas, Kecamatan Gunung Puteri, Kabupaten Bogor. Rumah dua lantai itu bercat biru putih. Lantai satu terdiri dari ruang bermain dan ruang karyawan RPATKI. Ada taman bermain dari rumput buatan di halaman belakang.

Di lantai dua terdapat lima ranjang bayi di mana tempat itu merupakan kamar sebelas anak nahas tersebut. Ada banyak mainan anak dalam ruangan itu dan enam perawat berusia 30 tahun dengan setia merawat mereka.

Tepat di depan bangunan RPATKI berdiri Rumah Sehat Cikeas. Tertulis di atas plang putih 'Rumah Penitipan Anak Tenaga Kerja Indonesia. RPATKI dibentuk atas kerja sama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Gerakan Nasional Kepedulian Sosial (GNKS), dan Yayasan Puri Cikeas.

Kepala RPATKI, Suryo Putranto, mengatakan anak-anak TKI itu ditampung lantaran keprihatinan dengan kasus penjualan anak kerap terjadi di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Lima tahun lalu, sebelum berdiri RPATKI, banyak anak dari pahlawan devisa itu diterlantarkan. Bahkan ada juga yang dibuang.

Berangkat dari sana, ide mendirikan rumah penitipan anak digagas. "Dulu sebelum ada ini, mereka kalau pulang tidak bawa anaknya pulang. Daripada kita lihat dia jadi korban perdagangan, lebih baik kita tampung," katanya. Basis pendirian RPATKI ialah sosial. Semua dana didapat dari para donatur.

sumber berita ini dari merdeka.com gan.......