Akibat Banyak Wanita Tak Menyusui, Negara Bisa Bangkrut

Sebuah makalah riset dan advokasi terbaru yang diterbitkan oleh International Baby Food Action Network (IBFAN)-Asia sebagai bagian dari World Breastfeeding Costing Initiative mengungkapkan harga yang harus dibayar setiap negara akibat tidak mendukung praktek pemberian ASI secara optimal.

Disampaikan Ketua AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), Mia Sutanto bahwa triliunan dolar akan dihabiskan dalam tiga dekade mendatang untuk melawan penyakit yang bisa dicegah dengan pemberian ASI pada anak.

"ASI mengandung ribuan sel imun hidup dan enzim yang dapat melindungi bayi dari smeua macam penyakit yang tidak dapat diimbangi oleh susu lain apapun," kata Mia saat temu media, dan ditulis Minggu (2/3/2014).

Mia mengatakan, data dari IBFAN menunjukkan bahwa pemerintah AS sebenarnya bisa menghemat 13 miliar dolar AS anggaran tiap tahun jika saja 90 persen ibu disana menyusui bayinya secara optimal.

"Berdasarkan data Bartick MJ, 2010, saat ini pemerintah AS mengeluarkan 13 miliar dolar untuk penyakit seperti enterokolitis, gastroenteritis, infeksi saluran pernapasan bawah, dermatitis atopik, sindrom kematian bayi mendadak, leukimia pada anak, diabetes tipe 1 dan sebagainya," kata Mia.

Hal ini juga terbukti di AS, ketika para pemegang asuransi di sana harus membayar US$ 3,6 miliar setiap tahun untuk penyakit yang bisa dicegah dengan ibu menyusui. Begitu pula di Australia juga disebutkan bahwa pemerintahnya dapat menghemat 55,8 dolar setiap tahun untuk penyakit yang bisa dicegah dengan menyusui.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013, angka kematian ibu dan anak terus meningkat walaupun 92 persen anak dibawah 2 tahun pernah menyusui.

"Menyusui dapat menyelamatkan jiwa. Yang tidak dapat ASI risiko kematiannya jauh lebih tinggi. Penyebab kematian anak di Indonesia paling banyak akibat gizi buruk. Padahal menyusui dapat melindungi kita dari obesitas, tekanan darah tinggi, jantung hingga mencegah infeksi," ungkapnya.

Mia menyampaikan, kemampuan seorang wanita untuk menyusui adalah aset nasional dan didalamnya da DNA yang menyehatkan. Sudah saatnya semua negara menghargai, melindungi, mendukung dan mempromosikan praktek menyusui dengan kemauan politis dan kekuatan finasial.