Kala Timnas U-19 "Pecundangi" Seniornya

Timnas U-19 bersinar di sepanjang 2013 (VIVAbola/Anhar Rizki Affandi)
.

Timnas Indonesia U-19 menjadi primadona sepanjang 2013 ini. Dua prestasi mentereng mampu ditorehkan oleh para pemain asuhan Indra Sjafri itu. Mulai dari menjuarai Piala AFF hingga lolos ke kualifikasi Piala Asia 2014, Myanmar, dengan catatan 100 persen kemenangan, termasuk mengalahkan juara bertahan, Korea Selatan.

Pesona Timnas U-19 nyatanya mampu mengalahkan pamor dari para seniornya. Di saat yang bersamaan Timnas senior juga berjuang untuk bisa mencatatkan prestasi terbaik di level internasional melalui ajang kualifikasi Piala Asia 2015, Australia. Namun, prestasi mereka tidak sebagus junior-juniornya itu.

Alih-alih untuk bisa lolos, Pasukan Merah Putih justru terbenam di sepanjang putaran grup. Hingga partai ke-5 di Grup C, Indonesia hanya mampu mendulang 1 poin. Mereka kalah dari Arab Saudi di kandang, lalu seri dan takluk dari China di kandang dan tandang, serta dua kali kalah dari Iran.

Satu laga tersisa yang akan dilangsungkan pada 5 Maret 2014 nanti, sudah tidak menentukan lagi bagi Ahmad Bustomi dan kawan-kawan. Indonesia sudah dipastikan tidak lolos ke putaran final.

Kondisi yang sedikit lebih baik dialami oleh Timnas U-23. Sempat mengalami kendala di awal pembentukan tim, Garuda Muda nyatanya mampu kembali tampil di final SEA Games 2013, Myanmar.

Sayangnya, mereka kalah tipis 0-1 dari Thailand, sehingga gagal membawa pulang medali emas. Lantas apa yang membedakan prestasi Timnas U-19 dengan para seniornya itu?

Timnas U-19 Merintis Jalan ke Piala Dunia

Tanpa diketahui orang banyak, pelatih Indra Sjafri sudah mulai melakukan perburuan pemain sejak Januari 2013 demi bisa dimasukkan ke dalam timnya. Indra sama sekali tidak peduli dengan keterbatasan dan kondisi sepakbola Indonesia yang tidak stabil.

Kala itu, gaji Indra masih ditunggak oleh PSSI. Tidak hanya itu, pelatih kelahiran Painan, Padang, ini juga menemui kendala ketika melakukan seleksi untuk bisa mendapatkan pemain-pemain yang diinginkannya.

PSSI ketika itu sama sekali tidak memberikan dana kepada Indra untuk menggelar seleksi di seluruh penjuru Indonesia. Alhasil, Indra bekerja keras untuk mendapatkan dana sponsor demi menggelar seleksi Timnas U-19.

Dengan segala keterbatasannya, pria 50 tahun tersebut akhirnya mampu membawa Timnas U-19 menjuarai turnamen HKFA di Hong Kong pada 20 Februari 2013. Padahal, Indra hanya menggelar pemusatan latihan untuk turnamen itu selama satu pekan saja, mulai dari 7 hingga 14 Februari 2013 di kompleks olahraga PT Freeport, Timika, Papua.

Setelah sukses membawa Timnas U-19, posisi Indra justru diganggu dengan isu pergantian pelatih yang akan dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI. Saat itu, BTN memunculkan nama Luis Manuel Blanco untuk bisa mengisi kursi kepelatihan Timnas U-19. Tapi, pada akhirnya BTN kembali menunjuk Indra sebagai pelatih kepala karena Blanco menolak tawaran untuk menangani Timnas U-19.

Setelah mendapatkan kepastian ini, Indra pun segera merancang program untuk Timnas U-19 jelang perhelatan Piala AFF U-19. Mereka langsung memulai pemusatan latihan pada 23 Juni 2013. Pemain-pemain yang sudah diseleksi oleh Indra, dikumpulkan di mess Universitas Negeri Yogyakarta. Kali ini, Indra mendapatkan lebih banyak opsi untuk memilih pemainnya.

Pemain-pemain yang bergabung dalam pemusatan latihan persiapan AFF tidak hanya dari hasil seleksi di seluruh penjuru Indonesia saja, melainkan juga berasal dari kompetisi ISL U-21 dan program SAD Uruguay. Dan selama 3 bulan lebih (terhitung sejak awal Juli hingga awal September 2013), Indra pun mendapatkan 20 pemain utama untuk dilibatkan di Piala AFF U-19.

Kiprah Indonesia di Piala AFF U-19 diawali dengan melawan Brunei Darussalam pada Selasa 10 September 2013. Saat itu Evan Dimas dan kawan-kawan sukses menang dengan skor telak, 5-0.

Lalu, pada pertandingan kedua, mereka mampu menaklukkan Myanmar dengan skor 2-1. Sayangnya, posisi Indonesia di Piala AFF 2013 sempat terancam saat kalah dari Vietnam dengan skor 1-2.

Tapi, kemudian Indonesia mampu bangkit di dua laga berikutnya. Indonesia akhirnya lolos ke fase semifinal setelah mengalahkan Thailand dengan skor 3-1 dan bermain seri dengan Malaysia.

Pada partai semifinal, 20 September 2013 yang digelar di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, tanpa hambatan Indonesia menang dengan skor 2-0 atas Timor Leste. Puncaknya, di partai final 22 September 2013, Indonesia kembali bertemu Vietnam.

Berniat untuk membalas kekalahan di pertemuan pertama, Indonesia ketika itu bermain dengan strategi menyerang. Vietnam pun tidak mau kalah. Mereka juga menampilkan permainan yang atraktif. Sayangnya, tidak ada gol yang tercipta hingga waktu normal dan perpanjangan waktu berakhir.

Penentuan juara akhirnya harus dilalui lewat adu penalti. Dan lewat skema inilah Indonesia menjadi juara. Timnas U-19 akhirnya mampu mempersembahkan gelar Piala AFF pertama untuk Indonesia.

Usai berlaga di Piala AFF, Timnas U-19 masih memiliki tugas berat lainnya, yaitu kualifikasi Piala Asia. Tergabung di Grup G bersama tim kuat Korea Selatan, Indonesia diragukan untuk bisa lolos.

Pasalnya, Korsel adalah juara bertahan dari gelaran Piala Asia edisi 2013. Dan hanya akan ada satu tim yang lolos otomatis ke putaran final di Myanmar.

Semua prediksi itu akhirnya berbalik. Indonesia mampu lolos dengan status sebagai juara grup. Mereka sukses mencatatkan 100 persen kemenangan. Yang paling fantastis adalah ketika Indonesia mempermalukan Korsel dengan skor 3-2. Saat itu, Evan Dimas menjadi pahlawan Indonesia dengan torehan hattricknya.

"Yang tak bisa dikalahkan hanya Tuhan. Itu yang ada di pikiran kami. Ungkapan tersebut ditanamkan langsung oleh pelatih Indra Sjafri," kata Evan.

Di 2014 mendatang, Piala Asia U-19 akan bergulir. Indonesia kali ini akan mendapat tantangan lebih berat. Mereka akan bersaing dengan negara-negara raksasa seperti Arab Saudi, Jepang, Australia, dan Iran, untuk bisa mendapatkan jatah tampil di Piala Dunia U-20, Selandia Baru. Hanya ada empat jatah, untuk semifinalis, tampil di perhelatan akbar itu.

"Kami percaya diri untuk bisa lolos ke Piala Dunia U-20. Semua itu bisa diwujudkan. Kami yakin impian itu bisa diwujudkan," tegas Indra.

"Kita harus ubah pola pikir. Jangan menganggap tim-tim seperti Jepang, Arab Saudi, Australia, dan Iran lebih bagus permainannya. Justru kita lebih hebat dari mereka. Dengan keyakinan itu, kita pasti bisa meraih hasil yang terbaik. Ini bukan sombong, tapi harus percaya diri," tutur mantan pelatih PSP Padang itu.

Senior Belum Membanggakan, U-23 Gagal Bayar Utang

Berbeda dengan Timnas U-19, prestasi yang dicatatkan oleh Timnas U-23 dan senior tidak terlalu bagus. Bahkan di 2013 ini, penampilan Timnas senior jauh dari kata memuaskan.

Konflik PSSI yang masih berkecamuk di awal 2013 memang menjadi penyebab utama pasang surutnya prestasi Timnas U-23 dan senior. Masalah di dalam organisasi turut mempengaruhi persiapan tim saat menghadapi turnamen-turnamen berskala internasional.

Timnas senior tercatat sudah melakukan 4 kali pergantian pelatih di 2013 ini. Nilmaizar dipecat oleh PSSI pada akhir 27 Februari 2013. Nil hanya satu kali memimpin Indonesia menjalani laga pertama di partai kualifikasi Piala Asia 2015, melawan Irak, 6 Februari 2013, di Dubai. Saat itu, Indonesia kalah dengan skor tipis 0-1.

Lalu, PSSI segera membentuk Badan Tim Nasional (BTN) pada Maret 2013. Pembentukan BTN ini diklaim oleh PSSI sebagai simbol dari selesainya konflik PSSI yang sudah berjalan hampir 2 tahun lamanya.

Di awal pembentukannya, BTN mengangkat Blanco sebagai pelatih kepala timnas senior. Namun, belum genap satu bulan melatih, pria asal Argentina itu harus lengser dari jabatannya karena dianggap terlalu otoriter dalam menangani timnas. Blanco mencoret 14 pemain ISL karena dianggap tidak disiplin ketika menjalani latihan.

Posisi Blanco akhirnya diberikan kepada duet Rahmad Darmawan dan Jacksen F Tiago. Keduanya diplot untuk menjadi pelatih sementara demi mempersiapkan tim menghadapi laga kedua kualifikasi Piala Asia melawan Arab Saudi pada 23 Maret 2013 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.

Meski telah diperkuat pemain-pemain terbaik, Indonesia nyatanya belum bisa berbicara banyak ketika berhadapan dengan Arab. Boaz Solossa dan kawan-kawan takluk dengan skor 1-2.

Pada pertengahan April 2013, BTN kemudian melakukan restrukturisasi dalam susunan kepelatihan timnas. Rahmad Darmawan akhirnya diplot sebagai pelatih Timnas U-23. Sedangkan posisi pelatih timnas senior diberikan kepada Jacksen F Tiago.

Jacksen ketika itu dikontrak oleh PSSI sebagai pelatih timnas hingga pertandingan Indonesia di kualifikasi Piala Asia pada 2013 ini berakhir. Hanya ada tiga pertandingan sisa yang harus dilewati oleh Jacksen, yaitu melawan China (kandang-tandang) dan menghadapi Irak di kandang.

Dan demi menghadapi tiga pertandingan penting itu, sejumlah uji coba pun dijalani. Pertama, Indonesia berhadapan dengan Belanda di SUGBK pada 7 Juni 2013. Namun, saat itu De Oranje masih terlalu perkasa bagi Indonesia dan menang 3-0.

Selanjutnya, di Juli 2013, tiga raksasa Liga Inggris datang ke Indonesia. Arsenal dan Liverpool menjajal kekuatan timnas senior. Sedangkan Chelsea berhadapan dengan timnas U-23. Ketika itu, tiga klub Inggris ini sukses mempermalukan Indonesia di depan pendukungnya.

Setelah uji coba ini, timnas senior dan U-23 kembali beruji coba pada Agustus 2013. Pada 14 Agustus 2013, timnas senior sukses mencukur Filipina dengan dua gol tanpa balas. Sehari kemudian, giliran timnas U-23 menekuk Brunei Darussalam di Stadion Maguwoharjo, Sleman, dengan gol tunggal Andri Ibo.

Tapi, jelang pertandingan melawan China, timnas senior justru kesulitan menggelar laga uji coba. Tercatat, sekitar 4 negara dibidik untuk bisa beruji coba melawan timnas senior. Dan tidak satu pun dari mereka yang bersedia.

Hasilnya, Indonesia hanya meraih 1 poin saja saat menjamu China di SUGBK, 15 Oktober 2013. Ketika itu, permainan Indonesia tampak tidak terlalu baik karena belum padunya organisasi permainan.

Di November 2013, Indonesia menjalani dua laga kualifikasi Piala Asia, melawan China (tandang) dan Irak (kandang). Jelang dua laga itu, Indonesia sempat melakoni dua uji coba, 1 laga melawan timnas dan 1 lainnya melawan klub. Timnas yang dihadapi Indonesia adalah Kyrgyzstan pada 1 November 2013. Saat itu Indonesia sukses membantai mereka dengan skor 4-0.

Sebelum berangkat ke China, Indonesia menggelar pemusatan latihan di Korea Utara. Timnas senior beruji coba dengan klub lokal 25 April SC dan kalah dengan skor 0-2. Namun, hasil yang didapat dari dua uji coba itu dinilai cukup baik. Meski kalah dari China dengan skor 0-1, permainan Timnas senior mulai meningkat pesat.

Selang 4 hari, Indonesia menjamu Irak di laga terakhir kualifikasi Piala Asia pada 2013 ini. Meski tampil baik, lagi-lagi Indonesia kalah dan dipastikan gagal lolos ke putaran final di Australia. Usai laga ini, pelatih Jacksen F Tiago tidak lagi diperpanjang kontraknya oleh PSSI. Kemudian, Alfred Riedl kembali diangkat menjadi pelatih Timnas senior pada awal Desember 2013.

Dan di penghujung 2013 ini, kiprah timnas ditutup dengan kesuksesan Garuda Muda menembus partai final SEA Games untuk kali kedua. Timnas U-23 dalam masa persiapannya memang banyak dikritik oleh kalangan publik. Meski mampu meraih medali perak di ajang Islamic Solidarity Games, September 2013, permainan Garuda Muda tidak menunjukkan perkembangan pesat.

Terlebih, saat mereka menjalani laga pertama di SEA Games 2013, melawan Kamboja. Memang akhirnya mereka menang. Tapi, skor 1-0 dirasa tidak pantas diraih oleh Timnas U-23.

Publik semakin ragu akan kemampuan Timnas U-23 meraih prestasi tinggi di ajang SEA Games usai dibantai Thailand di laga kedua mereka. Saat itu, Andik Vermansah dan kawan-kawan harus tertunduk malu karena "dipermak" 4-1 oleh Negeri Gajah Putih.

Momentum kebangkitan Timnas U-23 tercipta saat laga terakhir melawan Myanmar. Mengetahui kelolosan dipengaruhi sistem head to head, Timnas U-23 bermain dengan lebih baik. Mereka akhirnya lolos dari Grup B dengan status runner up usai mengalahkan Myanmar dengan skor 1-0.

Lalu di partai semifinal melawan Malaysia, 18 Desember 2013, Indonesia mampu menuntaskan dendam di SEA Games 2013 lalu. Harimau Muda disingkirkan dengan cara yang menyakitkan, lewat adu penalti, 4-3.

Bertemu Thailand di partai final, Indonesia membawa misi ganda. Tidak hanya ingin membalas kekalahan di pertemuan pertama, namun mereka ingin menebus dosa yang dibuat pada 2011 lalu karena gagal meraih emas. Sayangnya, pada laga yang digelar di Zeyar Thiri Stadium, 21 Desember 2013 itu, Indonesia kalah lewat gol tunggal dari Sarawut Masuk di menit 21.

"Kami memang sudah antisipasi. Di babak pertama, kami memang sengaja tampil bertahan. Terbukti, Thailand cuma punya 1 peluang dan 1 gol. Di babak kedua, kami mendominasi. Tapi, kami kalah dalam hal memanfaatkan peluang," kata RD.

"Kalau dibilang tidak beruntung, saya setuju. Kami kecolongan," sambung dia.

Kini 2013 akan berakhir. PSSI, BTN, dan seluruh elemen terkait, bekerja bahu membahu untuk membangun Timnas yang lebih kuat. Di 2014 mendatang dua turnamen besar telah menanti, Piala Asia U-19 dan Piala AFF 2014. Harkat dan martabat Indonesia akan dipertaruhkan di dua turnamen itu. Jayalah terus Indonesia! (one)

jayalah negriku, jayalah sepakbola indonesia