RENUNGAN BUAT KAUM WANITA

Surat Cinta Buat Ukhtii Berkerudung


Assalamu'alaikum Wr.Wb

Ini adalah unek-unek saya yang
banyak dikecewakan oleh
performa para muslimah yang
nampak di depan kedua biji mata
saya sehari-hari. Di tengah
kegembiraan banyak orang yang melihat kerudung pada saat ini
menjadi trending fashion banyak
muslimah, saya sebenarnya
gemas, kecewa, galau dan marah,
tapi juga bingung. Pangkal kekecewaan saya adalah
soal kesenjangan antara
kerudung dengan gaya hidup
mereka.

Mengapa banyak muslimah yang berkerudung sekedar puas dengan berkerudung. Seolah-olah
kerudung itu sudah babak final
dalam penampilan dan lifestyle,
kenapa mereka tidak mau
meningkatkan kepribadian
mereka, pemahaman mereka dan menjaga diri mereka? Kenapa?
Kenapa? Please, somebody help
me!

Coba, pembaca pikirkan, bagaimana saya tidak bingung melihat seorang muslimah berkerudung tapi body mereka tampak melendung - melendung. Wajah manis berkerudung dalam balutan kemeja ketat yang
kancingnya seolah mau meloncat
karena ketarik bodi mereka yang
sudah baligh, dan panggul ke
bawah dililit jeans ketat. malah ada juga yang nekat pake legging
( gubraaag ) – sehingga ‘aset
nasional’ mereka dikibarkan ke
mana-mana.

Ukhtiiiiii….! Maaf kalau saya sarkastis, tapi Anda ini kan muslimah, bukan hewan qurban yang dinilai dari bobot badan dan kemontokan tubuh. Sapi dan domba qurban sengaja di-display-kan dengan vulgar di pinggir jalan agar orang-orang yang mau berkurban ngiler untuk
membelinya dan mengurbankannya untuk fakir miskin. Tapi ukhti kan muslimaaaah, bukan kambing qurban.

Semakin Anda tertutup semakin ‘mahal’ harga ukhti di hadapan Allah,
beda dengan hewan qurban yang
semakin nampak sintal bodinya makin mahal harganya. Pahamkah kekesalan saya, ukhti?! Ini bukan berarti saya ini maho atau cowok KW.
Bukan. Saya pria tulen.

Saya senang dengan kecantikan
dan keindahan wanita karena itu
kodrat saya, tapi kan Allah
melarang saya meneropong tubuh
ukhti dari ujung rambut ke ujung
jempol.

Jadi, please, saya minta kerja samanya, jangan bikin hidup saya
yang susah jadi tambah susah.
Kalau memang ukhti cantik dan
punya penampilan berkelas biarlah suami ukhty saja yang nanti berhak untuk melihatnya.

Saya masih lelaki dan saya masih
takut nambah saldo dosa. Pakaian
ukhti bila keluar rumah adalah
kerudung dan baju panjang yang
kita sebut jilbab. Itu yang diperintahkan Allah kepada ukhti
dan yang sekaum dengan Anda.
Kalau ukhti senang dengan tank
top, baby doll, mini skirt, atau
hotpants ya silakan dipakai di
balik jilbab ukhti.

Tidak usah saya diajak mengintip semuanya. Saya juga gerah dan marah kala menyaksikan ada remaja
berkerudung jadi alay - alay di
layar kaca. Entah di acara In***,
D*****t, atau yang sejenisnya.
Sama saat saya juga geli dan ketawa garing ngeliat ukhti-ukhti
berkerudung ngantri tiket
Justien Biber atau Lady Gaga!

Tapi bukan soal itu saja yang
membuat emosi saya kadang
meradang melihat ukhti dan teman - teman ukhti. Ada soal lain
yang saya terus terang gerah
dan jadi garang. Apa? Pacaran!

Saya sering geleng kepala kalau
sudah melihat akhwat berkerudung, apalagi berjilbab, berasyik masuk dengan cowok yang bukan mahram dan suami juga bukan. Boleh percaya atau tidak, ukhti, saya pernah
mendampat, ini mungkin terlalu
dramatisasi, tepatnya mempermalukan, sepasang kekasih di dalam angkot.
Keduanya siswa almamater sekolah saya. Tapi yang bikin kepala panas adalah ceweknya berkerudung rapih dan cowoknya berjenggoooot ( saya saja sampai sekarang belum sukses
menumbuhkan jenggot! )

Keduanya duduk di pojokan angkot dan tangan tuh cewek ada dipangkuan cowoknya sambil
diremas - remas. !Astaghfirullah
al-‘azhim!“

Udah nikah, belum?” tanya saya panas.
“Eh, belum, Pak?”
jawab tuh cowok blingsatan sambil melepaskan tangan ceweknya. Untung nggak dilepaskan dari persendian badannya. Bla, bla, bla, saya nasihatin mereka berdua. Entah
keduanya paham omongan saya atau tidak. Entah setelah itu mereka bubar pacaran atau malah menganggap sikap saya sebagai ujian. Di mana-mana saya sering lihat
akhwat berkerudung berasyik
masuk dengan pacar - pacar mereka. Di atas motor Kawasaki Ninja yang keren ada akhwat yang lengket ke punggung cowoknya ( jadi ingat seseorang...siapa ya... ).

Karena tuh motor Jepang jok belakangnya nungging maka
cewek berkerudung itu ikutan
nungging dan makin bersandar ke
punggung cowoknya. Mungkin
sambil berpikir bangga ‘cowok gue motornya keren’. nggak peduli pada komentar orang - orang yang menyaksikannya.

Saya sebaaal lihat ukhti seperti
itu. Saya juga marah pada kawan
saya yang pernah cerita kalau
dia pernah diajak warga menggerebeg sepasang mahasiswa yang sedang mesum di malam hari di bulan suci Ramadhan. Ceweknya…..?
Mahasiswi berkerudung! Coba
bayangkan saudara-saudara, keduanya ketangkap basah sedang mesum di bulan Ramadhan pula! Saat orang berburu pahala, mereka malah saling berburu paha ( tanpa la ). Kalau mereka orang atheis, saya nggak bakal marah. Tapi dia berkerudung. Sad but true. Saya marah pada kawan saya itu kenapa story buruk kayak begini harus
diceritakan pada saya. Bikin saya
makin sebal pada ukhti berkerudung yang liar seperti itu.

Tapi itu bukan satu-satunya cerita, masih banyak cerita yang serupa yang saya dengar dari kawan-kawan yang lain. Ada juga yang cerita kalau di antara cewek berkerudung itu ada yang jadi wanita panggilan. Malah katanya tarifnya premium call
alias bisa lebih mahal karena
kesannya eksotis dan reliji.Saya
jadi bertanya; untuk apa sih ukhti berkerudung?
Apa makna hijab dalam kehidupan ukhti?
Tolong jawab 1 x 24 jam dari
sekarang!
Sering saya dengar ada kalangan yang bilang ‘jilbabi dulu hatimu sebelum tubuhmu’.
Apa maksudnya? Sok berfilsafat
tapi gajebo, ga’ jelas bo!

Nanti para cewek yang pakai hotpants bisa berdalih ‘mas, jangan lihat tubuh seksi saya, tapi rasakan hati saya yang berjilbab’
Pernahkah ketika ukhti memutuskan untuk berkerudung apalagi berjilbab
merenung bahwa harus ada
sebuah perubahan dalam hidup
ukhti? Akan lebih terjaga, lebih
dekat kepada Allah, dan lebih
berani meninggalkan maksiat? Kekesalan itu saya tumpahkan di sini, biar ukhti baca kalau apa yang ukhti lakukan itu berbahaya, dosa dan merusak korps akhwat berkerudung dan berjilbab. Kalaupun ukhti tidak baca, saya berharap agar ada yang meng-copy paste tulisan ini dan sharing ke mana saja agar dibaca oleh ukhti dan yang se-
alam dengan ukhti. Untuk ukhti yang sudah terlanjur membacanya dan marah-marah, saya harap agar malam nanti merenung; sudah benarkah gaya hidup saya? Percayalah,
mencopot kembali kerudung bukan jawaban yang benar. Yang harus ukhti lakukan adalah terus menyelam dalam ajaran Islam yang indah dan menyejukkan ini.

Banggalah sebagai akhwat berjilbab dan jagalah kehormatan diri sampai mati. That’s all, ukhti fillah!
Ukhti ku Berkerudung...

sumber ityanirosidin.

makasih banget ya...